JAKARTA - Malam perayaan Natal dan Tahun Baru selalu menjadi momentum istimewa bagi warga Jakarta. Pada momen inilah ruang-ruang publik kota berubah menjadi tempat berkumpul, berekreasi, sekaligus merayakan kebersamaan lintas latar belakang.
Menyambut Nataru 2025–2026, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kembali menghadirkan suguhan visual yang dirancang untuk memperkaya pengalaman masyarakat di akhir tahun.
Melalui Jakarta Light Festival atau JLF, Pemprov DKI Jakarta menghidupkan dua kawasan ikonik ibu kota dengan sentuhan cahaya, teknologi, dan narasi visual yang kuat. Festival cahaya ini tidak hanya menawarkan hiburan malam hari, tetapi juga menjadi bagian dari upaya strategis memperkuat pariwisata perkotaan dan ekonomi kreatif Jakarta.
Festival yang digelar oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Provinsi DKI Jakarta ini berlangsung di Bundaran Hotel Indonesia dan Kawasan Kota Tua Jakarta. Keduanya dipilih sebagai ruang publik utama yang memiliki nilai simbolik sekaligus daya tarik tinggi bagi masyarakat dan wisatawan.
Festival Cahaya sebagai Magnet Wisata Akhir Tahun
Jakarta Light Festival dirancang sebagai pengalaman multisensori yang memadukan video mapping, instalasi cahaya artistik, elemen interaktif, serta pertunjukan visual tematik. Seluruh rangkaian acara dapat dinikmati masyarakat secara gratis, sehingga membuka akses yang luas bagi semua kalangan.
Keberadaan festival ini menjadi bagian dari strategi Pemprov DKI Jakarta untuk menghidupkan ruang kota pada malam hari, khususnya di masa libur akhir tahun. Melalui pendekatan visual modern, JLF diharapkan mampu menciptakan suasana kota yang lebih hangat, inklusif, dan ramah keluarga.
Selain menjadi sarana hiburan, festival ini juga memperkuat citra Jakarta sebagai kota kreatif yang terus berinovasi dalam menghadirkan atraksi publik.
Cahaya, teknologi, dan ruang kota berpadu untuk menghadirkan pengalaman berbeda bagi masyarakat yang merayakan Natal dan Tahun Baru di ibu kota.
Pesan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jakarta
Kepala Disparekraf DKI Jakarta, Andhika Permata, menegaskan bahwa Jakarta Light Festival tidak sekadar menjadi tontonan akhir tahun. Festival ini dirancang untuk memberikan dampak yang lebih luas bagi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif Jakarta.
“Jakarta Light Festival tidak hanya menjadi atraksi hiburan akhir tahun, tetapi juga bagian dari penguatan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif Jakarta. Penyelenggaraan acara ini mengedepankan kenyamanan dan keselamatan pengunjung melalui koordinasi lintas perangkat daerah serta unsur pengamanan,” ujar Andhika.
Ia berharap JLF dapat mendorong pergerakan pelaku ekonomi kreatif, memperkaya kalender event pariwisata Jakarta, serta semakin menegaskan posisi Jakarta sebagai destinasi urban kreatif yang inklusif dan berdaya saing.
Festival ini juga diharapkan mampu memberikan efek berganda bagi perekonomian kota, khususnya di sektor jasa dan pariwisata.
Cahaya Ikonik di Bundaran HI
Sebagai salah satu landmark paling dikenal di Jakarta, Bundaran Hotel Indonesia menjadi lokasi utama yang disulap dengan instalasi cahaya ikonik. Tata cahaya di kawasan ini dirancang untuk menghadirkan nuansa hangat, reflektif, dan penuh harapan dalam suasana Natal dan Tahun Baru.
Instalasi cahaya di Bundaran HI tidak hanya berfungsi sebagai elemen estetika, tetapi juga sarat makna simbolik. Desain visualnya menggambarkan nilai kebersamaan, toleransi, dan cinta kasih yang menjadi esensi perayaan Nataru.
Dengan balutan cahaya modern, Bundaran HI diharapkan semakin menegaskan perannya sebagai ruang publik yang hidup di malam hari. Area ini menjadi tempat berkumpul yang inklusif, ramah keluarga, dan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa sekat.
Kota Tua Bersinar dengan Narasi Visual
Sementara itu, Kawasan Kota Tua Jakarta menghadirkan pengalaman berbeda melalui pemanfaatan bangunan-bangunan bersejarah sebagai kanvas visual. Jakarta Light Festival menyuguhkan video mapping, instalasi cahaya tematik, serta pengalaman interaktif yang menghidupkan kembali ruang kota bersejarah tersebut.
Mengusung narasi visual bertajuk “Penjaga Cahaya Jakarta”, pengunjung diajak menyelami kisah energi kolektif warga yang menjaga denyut kehidupan kota. Cerita visual ini menggambarkan semangat kebersamaan masyarakat Jakarta dalam menjaga cahaya kota hingga kembali bersinar menyambut tahun baru.
Tidak hanya berhenti pada hiburan dan perayaan, JLF juga menjadi wadah kepedulian sosial. Dalam rangkaian Natal dan Tahun Baru, Disparekraf DKI Jakarta menginisiasi program Donasi Bencana Sumatera bekerja sama dengan BAZNAS (BAZIS).
Program ini mengajak masyarakat berpartisipasi dalam penggalangan donasi sukarela bagi warga terdampak bencana di wilayah Sumatera.
Seluruh rangkaian kegiatan Jakarta Light Festival diselenggarakan dengan memperhatikan aspek kenyamanan dan keselamatan pengunjung. Koordinasi lintas perangkat daerah dan unsur pengamanan dilakukan untuk memastikan acara berjalan tertib dan aman.
Festival ini terbuka untuk masyarakat umum dan diharapkan mampu memperkaya kalender atraksi akhir tahun Jakarta, sekaligus menjadikan cahaya perayaan sebagai simbol harapan dan solidaritas bersama.