JAKARTA - Langkah ekspansi melalui jalur akuisisi kembali menjadi strategi utama PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) sepanjang tahun ini. Perusahaan yang berada di bawah kendali konglomerat Prajogo Pangestu tersebut terlihat agresif memperluas portofolio bisnisnya di sektor pertambangan dan jasa pendukung.
Menjelang penutupan tahun 2025, manuver anorganik CUAN semakin mencuri perhatian pasar seiring sejumlah aksi korporasi bernilai strategis yang diumumkan secara terbuka.
Strategi Akuisisi Perkuat Kendali Bisnis
Sepanjang 2025, CUAN melancarkan serangkaian aksi akuisisi, mulai dari pengambilalihan mayoritas saham GDI hingga rencana menguasai PT Singaraja Putra Tbk. (SINI).
Menjelang akhir tahun, CUAN mengonfirmasi tengah menjalani proses negosiasi untuk mengambil alih SINI, emiten tambang batu bara yang melantai di Bursa Efek Indonesia pada 8 November 2019.
Sebelumnya, CUAN telah memiliki 19,99% saham SINI secara tidak langsung melalui anak usaha PT Kreasi Jasa Persada dan afiliasinya, dengan target kepemilikan minimal 51% saham.
Peta Kepemilikan dan Target Pengendalian
Saat ini, struktur pemegang saham SINI terdiri dari PT Autum Prima Indonesia sebagai pengendali dengan kepemilikan 30% atau 144,3 juta saham.
Batubara Development Pte. Ltd. juga tercatat sebagai pengendali dengan 16,22% saham atau setara 78,03 juta lembar, sementara Hapsoro menggenggam 9% atau 43,29 juta saham.
Adapun sebanyak 44,78% saham atau sekitar 215,38 juta lembar dimiliki oleh publik, sehingga membuka peluang bagi CUAN untuk menjadi pengendali baru melalui proses akuisisi.
Direktur Utama Petrindo Jaya Kreasi, Michael, menyampaikan bahwa rencana pengambilalihan ini bertujuan memperkuat aset grup dan memperluas jaringan usaha.
“Rencana pengambilalihan bertujuan memperkuat aset grup Petrindo, memperluas jaringan usaha, serta menjadi bagian dari strategi pengembangan usaha jangka panjang dalam membangun perusahaan pertambangan dan jasa pertambangan terintegrasi,” ujarnya.
Dengan konsolidasi SINI, CUAN diperkirakan menjelma menjadi salah satu perusahaan batu bara terbesar di Indonesia.
Dampak Konsolidasi Terhadap Cadangan dan Produksi
Setelah proses akuisisi rampung, total cadangan batu bara termal dan metallurgical coal grup CUAN diperkirakan mencapai 378 juta ton. Dalam Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) 2026, SINI mengajukan produksi batu bara sebesar 900.000 ton melalui anak usaha PT Pasir Bara Prima (PBP).
Selain itu, PT Persada Kapuas Prima (PKP) mengajukan rencana produksi sebesar 1,5 juta ton, memperkuat posisi CUAN di sektor pertambangan nasional.
PBP diketahui bekerja sama dengan PT Petrosea Tbk. (PTRO) dalam kontrak jasa pertambangan. CUAN sendiri merupakan pemegang saham 45,31% PTRO melalui anak usaha PT Kreasi Jasa Persada (KJP). Sinergi antarentitas ini dinilai mampu meningkatkan efisiensi operasional serta memperluas kontribusi pendapatan grup secara keseluruhan.
Ekspansi Anak Usaha dan Akuisisi Lanjutan
Sebelum mengumumkan rencana akuisisi SINI, CUAN telah lebih dahulu melakukan ekspansi anorganik melalui anak perusahaannya. Pada 10 Oktober 2025, PT Volta Daya Energi Indonesia (VDEI), yang secara tidak langsung dimiliki 100% oleh CUAN, menyelesaikan akuisisi 90% saham GDI.
GDI akan mengembangkan proyek pembangkit listrik berkapasitas 680 MW di kawasan industri terintegrasi Feni Haltim Industrial Park, Halmahera Timur, Maluku Utara.
Dengan rampungnya transaksi tersebut, CUAN resmi menjadi pemegang saham mayoritas di GDI. Manuver akuisisi juga berlanjut di level anak usaha CUAN lainnya, yakni PT Petrosea Tbk.
Pada 21 November 2025, PTRO melalui Petrosea Services Solutions Ltd. menyelesaikan pengambilalihan 60% saham Scan-Bilt Pte. Ltd. dengan nilai transaksi 10,3 juta dolar Singapura.
Sebelumnya, pada 1 Agustus 2025, PTRO menandatangani perjanjian pembelian seluruh saham HBS (PNG) Limited beserta anak usahanya dengan nilai transaksi 40 juta dolar Australia.
Masih pada Agustus 2025, PTRO juga mengumumkan akuisisi Grup Hafar yang bergerak di sektor EPCI bersama PT Rukun Raharja Tbk. (RAJA). Dalam transaksi ini, PTRO mengakuisisi 51% saham melalui PT Petrosea Engineering Procurement Construction, sementara RAJA mengambil 49% saham.
Direktur Petrosea, Ruddy Santoso, menyatakan akuisisi HBS dan Hafar Group diperkirakan akan mendorong pertumbuhan pendapatan perseroan secara signifikan. Ia menyebut pendapatan diproyeksikan meningkat 13% secara tahunan dan EBITDA tumbuh 12% pada 2026.
“EBITDA margin setelah akuisisi diharap meningkat menjadi 22% pada 2026. Ini sejalan dengan margin HBS dan Hafar, standalone yang diharapkan berada di level 30%-34% pada 2026,” ujar Ruddy
Melalui rangkaian akuisisi tersebut, CUAN memperlihatkan keseriusan membangun ekosistem pertambangan dan jasa terintegrasi. Strategi anorganik ini menjadi fondasi penting bagi pertumbuhan jangka panjang perusahaan. Langkah agresif tersebut juga menegaskan posisi CUAN sebagai salah satu pemain utama di industri energi nasional.