Biosolar Performance, Pilihan Tepat Industri Tahun 2026

Selasa, 23 Desember 2025 | 10:30:54 WIB
Biosolar Performance, Pilihan Tepat Industri Tahun 2026

JAKARTA - Peluncuran bahan bakar baru untuk sektor industri kembali menjadi perhatian menjelang beberapa tahun ke depan. Di tengah dorongan transisi energi dan penguatan pemanfaatan biodiesel nasional, Pertamina menyiapkan produk yang dirancang khusus untuk menjawab kebutuhan operasional mesin industri.

 Kehadiran BBM ini bukan sekadar menambah varian, tetapi menjadi respons atas tantangan teknis yang muncul seiring peningkatan campuran biodiesel dalam solar. Melalui anak usahanya, Pertamina Patra Niaga, PT Pertamina (Persero) memastikan akan merilis Biosolar Performance pada awal 2026.

Produk ini disiapkan untuk konsumen industri yang membutuhkan bahan bakar diesel dengan performa lebih stabil dan andal. Pengembangan tersebut dilakukan sejalan dengan kebijakan mandatori biodiesel yang telah berjalan selama lebih dari satu dekade dan terus ditingkatkan kadarnya oleh pemerintah.

Arah pengembangan BBM industri Pertamina

Biosolar Performance dirancang sebagai pengembangan dari Biosolar B40 yang saat ini telah digunakan di sektor industri. VP Business Development & Subsidiary Pertamina Patra Niaga, Sigit Setiawan, menjelaskan bahwa produk ini tetap berbasis B40, namun dilengkapi dengan aditif tambahan untuk meningkatkan kinerja mesin diesel. Penambahan aditif tersebut ditujukan agar mesin industri dapat beroperasi lebih optimal di tengah karakteristik biodiesel yang berbeda dari solar murni.

“Biosolar Performance ini adalah salah satu produk BBM Biosolar atau B40 yang saat ini sudah digunakan di kalangan konsumen industri, tentunya dengan fitur-fitur tambahan yang kami tambahkan di produk tersebut,” ujar Sigit.

Pernyataan ini menegaskan bahwa produk baru tersebut bukan menggantikan kebijakan B40, melainkan memperkuat implementasinya di sektor industri. Pertamina melihat kebutuhan industri yang semakin spesifik terhadap kualitas bahan bakar. 

Mesin-mesin industri umumnya beroperasi dalam durasi panjang dan membutuhkan suplai BBM yang stabil. Karena itu, Biosolar Performance diarahkan untuk memberikan keandalan lebih tinggi dibandingkan biosolar standar, tanpa mengubah esensi kebijakan energi nasional yang telah berjalan.

Kebijakan biodiesel dan latar belakang program

Pengembangan Biosolar Performance tidak bisa dilepaskan dari kebijakan mandatori pencampuran biodiesel atau fatty acid methyl ester ke dalam solar. Program ini telah berlangsung sejak 2008, dimulai dari kadar B2,5 dan terus meningkat hingga mencapai B40 saat ini. Mandatori biodiesel menjadi salah satu pilar penting dalam strategi pemerintah untuk mendorong kemandirian energi nasional.

Selain mengurangi ketergantungan pada impor BBM fosil, kebijakan tersebut juga mendukung pemanfaatan sumber daya domestik berbasis nabati. Bahkan, pemerintah saat ini tengah mengkaji kemungkinan peningkatan campuran biodiesel menjadi B50 pada tahun depan. Rencana ini menunjukkan komitmen berkelanjutan untuk memperbesar porsi energi terbarukan dalam bauran energi nasional.

Dalam konteks tersebut, sektor industri menjadi salah satu pengguna utama solar berbasis biodiesel. Tantangan muncul ketika peningkatan kadar FAME dalam solar menuntut penyesuaian teknis pada mesin dan sistem distribusi. Biosolar Performance hadir sebagai solusi antara kebijakan pemerintah dan kebutuhan praktis pelaku industri di lapangan.

Karakteristik FAME dan tantangan teknis

Meski mendukung program energi nasional, Sigit mengakui bahwa FAME memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan solar murni hasil pengolahan kilang. Salah satu sifat utama FAME adalah higroskopis, yakni mudah menyerap air. Kondisi ini berpotensi meningkatkan kandungan air selama proses distribusi, penyimpanan, hingga penggunaan di mesin diesel.

Selain itu, residu monogliserida dari proses produksi FAME dapat memicu pembentukan endapan dan pertumbuhan bakteri, terutama jika bercampur dengan air. Endapan tersebut berisiko mengganggu sistem bahan bakar mesin. “Atas kondisi itu semua, konsumen industri ternyata juga memiliki tantangan dalam pengoperasian mesin mereka menggunakan B40 ini,” ucap Sigit.

Dalam praktiknya, konsumen industri perlu melakukan pengurasan air secara berkala untuk menjaga kualitas BBM. Ada pula potensi endapan dan deposit yang membentuk lapisan pada filter, sehingga fungsi filter dalam menyaring kotoran menjadi tidak optimal. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat menghambat aliran BBM dan memicu penurunan performa mesin atau power loss.

Solusi aditif dan kesiapan industri

Tantangan teknis tersebut menjadi alasan utama pengembangan Biosolar Performance. Melalui penambahan aditif khusus, Pertamina berupaya meminimalkan dampak negatif dari sifat FAME, sekaligus menjaga kinerja mesin diesel industri. Pendekatan ini diharapkan mampu menjembatani kebutuhan teknis industri dengan arah kebijakan energi nasional yang terus mendorong penggunaan biodiesel.

“Nah ini tantangan yang dihadapi oleh konsumen industri. Di satu sisi, kita Indonesia, pemerintah itu punya program yang sangat baik, kemandirian energi, tapi ada hal-hal teknis yang tentunya bisa kita pecahkan di sini,” kata Sigit. Pernyataan tersebut mencerminkan posisi Pertamina sebagai penyedia energi yang tidak hanya menjalankan mandat kebijakan, tetapi juga mencari solusi praktis bagi konsumennya.

Dengan rencana rilis pada awal 2026, Biosolar Performance diharapkan dapat menjadi pilihan BBM industri yang lebih andal. Produk ini sekaligus menunjukkan upaya adaptasi Pertamina dalam menghadapi peningkatan mandatori biodiesel, tanpa mengorbankan performa mesin dan produktivitas sektor industri nasional.

Terkini

Cara Mengatasi Jari Tangan Kaku dan Nyeri Saat Ditekuk

Selasa, 23 Desember 2025 | 12:53:12 WIB

Rutinitas Pagi yang Berpotensi Menyebabkan Serangan Jantung

Selasa, 23 Desember 2025 | 12:53:11 WIB

Alasan Penting Jangan Minum Kopi Langsung Setelah Bangun

Selasa, 23 Desember 2025 | 12:53:10 WIB

Mengapa Tubuh Tiba-Tiba Menginginkan Makanan Pedas Seketika?

Selasa, 23 Desember 2025 | 12:53:09 WIB

Harga Sembako Jatim Hari Ini Selasa 23 Desember 2025 Turun

Selasa, 23 Desember 2025 | 12:53:07 WIB