Memahami Pengertian Komunikasi Nonverbal hingga Komponennya

Kamis, 08 Mei 2025 | 22:59:12 WIB
pengertian komunikasi nonverbal

JAKARTA - Pengertian komunikasi nonverbal merujuk pada cara menyampaikan pesan tanpa menggunakan kata-kata, melainkan melalui gerakan tubuh, ekspresi wajah, atau isyarat lainnya. 

Contohnya bisa dilihat saat seseorang cukup mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan "iya," atau menggelengkan kepala untuk menunjukkan penolakan. 

Respons-respons seperti itu merupakan bentuk komunikasi yang tidak melibatkan kata-kata namun tetap mudah dipahami. 

Banyak yang menganggap komunikasi nonverbal memiliki peran lebih besar dibandingkan komunikasi verbal, karena ekspresi tubuh kerap kali mencerminkan perasaan yang sebenarnya, bahkan lebih jujur daripada apa yang diucapkan. 

Inilah yang memperkuat pemahaman kita tentang pengertian komunikasi nonverbal dalam kehidupan sehari-hari.

Pengertian Komunikasi Nonverbal

Pengertian komunikasi nonverbal merujuk pada penyampaian pesan dari satu pihak ke pihak lain tanpa menggunakan kata-kata maupun simbol tulisan. 

Komunikasi ini sering dijuluki sebagai "bahasa diam" karena pesan disampaikan melalui elemen-elemen seperti kontak mata, mimik wajah, serta gestur dan gerakan tubuh.

Semua informasi yang disampaikan secara nonverbal tidak diutarakan secara langsung atau dituliskan.

Meski demikian, komunikasi nonverbal tidak berdiri sendiri—ia kerap hadir bersamaan dengan komunikasi verbal, terutama dalam percakapan langsung maupun interaksi melalui media digital. 

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa komunikasi nonverbal memiliki porsi yang lebih besar dibandingkan komunikasi verbal dalam proses penyampaian pesan. 

Kenneth H. Cohn, seorang ahli komunikasi sekaligus dokter bedah plastik, mengungkapkan bahwa hanya sekitar 8% komunikasi berasal dari isi pesan itu sendiri, sementara sisanya berasal dari bahasa tubuh dan intonasi suara. 

Penelitian lain dalam jurnal Effective Communication as a Tool for Achieving Organizational Goals bahkan memperkirakan kontribusi komunikasi nonverbal berkisar antara 65% hingga 75%. 

Fakta ini menunjukkan betapa pentingnya peran komunikasi nonverbal dalam setiap interaksi.

Komponen dalam Komunikasi Nonverbal

Berikut ini merupakan sejumlah unsur penting dalam komunikasi nonverbal yang berperan dalam menyampaikan pesan tanpa kata.

1. Kinesics

Kinesics merujuk pada komunikasi yang melibatkan gerakan tubuh, baik sebagian maupun seluruhnya. 

Bentuk komunikasi ini mencakup ekspresi wajah, pergerakan mata, cara berpakaian, hingga sikap tubuh yang mencerminkan emosi, suasana hati, atau sikap tertentu—baik secara sadar maupun tidak sadar. 

Studi kinesics menitikberatkan pada bagaimana postur dan gerakan tubuh dapat diterjemahkan menjadi pesan. Terkadang, makna yang ditunjukkan melalui gerakan bisa bertentangan dengan ucapan. 

Misalnya, mengangkat alis dapat menunjukkan rasa tidak percaya, sementara mengangkat bahu menandakan ketidakpedulian. Ketika bahasa tubuh menyatu dengan komunikasi verbal, pesan yang disampaikan menjadi jauh lebih kuat.

2. Proxemics

Proxemics berkaitan dengan cara individu menggunakan ruang dalam interaksi. Jarak dan posisi tubuh sering kali merupakan reaksi spontan terhadap perubahan suasana atau nada suara dalam percakapan. 

Sebagai contoh, percakapan jarak dekat biasanya dilakukan dengan suara yang lebih pelan. Dalam komunikasi langsung, ada empat jenis jarak yang umum digunakan:

Jarak intim untuk hubungan sangat pribadi:

Dekat: kurang dari 15 cm

Jauh: 15–46 cm

Jarak pribadi digunakan bersama keluarga atau sahabat:

Dekat: 46–76 cm

Jauh: 76–120 cm

Jarak sosial digunakan dalam pertemuan atau urusan formal:

Dekat: 1,2–2,1 m

Jauh: 2,1–3,7 m

Jarak publik digunakan saat berbicara di hadapan banyak orang:

Dekat: 3,7–7,6 m

Jauh: lebih dari 7,6 m

3. Oculesics

Oculesics mempelajari peran kontak mata dalam menyampaikan pesan tanpa kata. Mata merupakan elemen penting dalam menunjukkan makna emosional atau pesan tersembunyi kepada lawan bicara. 

Komunikasi melalui mata dipengaruhi oleh konteks pembicaraan, lingkungan sekitar, karakter individu, serta bagaimana seseorang menanggapi situasi komunikasi tersebut.

4. Chronemics

Chronemics adalah ilmu yang mempelajari bagaimana waktu digunakan dalam komunikasi. Cara seseorang mengelola, memaknai, dan merespons waktu dapat mencerminkan kepribadian dan sikap mereka dalam berinteraksi. 

Di berbagai budaya, persepsi terhadap waktu sangat menentukan, mulai dari ketepatan hadir dalam janji, kesiapan menunggu, hingga durasi seseorang dalam mendengarkan atau berbicara.

5. Haptics

Haptics membahas peran sentuhan dalam komunikasi tanpa kata. Ada enam jenis sentuhan: sentuhan positif, main-main, kontrol, ritual, terkait tugas, dan tidak disengaja.

Penting untuk memahami bagaimana dan kapan menggunakan sentuhan, karena persepsi terhadap sentuhan sangat dipengaruhi oleh budaya, latar belakang pribadi, agama, dan nilai-nilai masyarakat. 

Beberapa orang merasa nyaman dengan sentuhan sebagai bentuk ekspresi, sementara yang lain bisa merasa tidak nyaman.

6. Paralinguistics

Paralinguistics fokus pada elemen vokal dalam komunikasi yang mencakup nada suara, tempo bicara, intonasi, volume, serta jeda. Elemen-elemen ini, baik disadari maupun tidak, berperan besar dalam mengekspresikan sikap dan emosi pembicara. 

Sering kali, pesan nonverbal yang ditunjukkan melalui suara lebih mencerminkan maksud sebenarnya dibandingkan kata-kata yang diucapkan. 

Misalnya, ketika seseorang berhenti sejenak dalam presentasi karena mencari jawaban, lalu berbicara lebih cepat setelahnya karena merasa tidak mendapat respons yang diharapkan.

7. Penampilan fisik

Penampilan menjadi salah satu aspek komunikasi nonverbal yang langsung memengaruhi persepsi orang lain terhadap diri kita. Cara seseorang merawat dirinya, berpakaian, hingga senyuman yang ditampilkan bisa memberi kesan yang kuat. 

Sering kali, kesan visual yang pertama menentukan seberapa efektif komunikasi dapat berjalan. Oleh karena itu, tampilan luar tak bisa diabaikan dalam proses interaksi.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Nonverbal

Latar belakang kehidupan seseorang sangat memengaruhi cara individu tersebut berpikir, bertindak, dan memberikan reaksi terhadap suatu kejadian. 

Kajian mengenai hubungan antara latar belakang seseorang dengan keterampilan dalam komunikasi nonverbal telah menarik perhatian banyak pakar. 

Salah satunya, Ursula Hess, mengungkapkan bahwa sejumlah faktor latar belakang menjadi penentu utama dalam cara seseorang menyampaikan pesan tanpa kata.

Logat daerah

Elfenbein dan Ambady melalui Teori Dialek menjelaskan bahwa setiap dialek memiliki karakteristik emosional yang berbeda. Di Indonesia, hal ini terlihat dari perbedaan ekspresi antar suku. 

Misalnya, masyarakat Batak kerap diasosiasikan dengan gaya bicara yang bernada tinggi, sementara orang Jawa umumnya dikenal dengan cara berbicara yang lebih pelan dan tenang.

Dialek ini secara tidak langsung memengaruhi cara seseorang berkomunikasi secara nonverbal. 

Penelitian juga menunjukkan bahwa individu lebih mudah mengekspresikan emosi ketika berinteraksi dengan orang yang berasal dari latar daerah yang sama. Temuan ini memperkuat gagasan bahwa ekspresi emosional tidak bersifat universal.

Norma dan aturan budaya

Aturan sosial dan budaya juga berperan penting dalam membentuk komunikasi nonverbal. Norma-norma tersebut dapat memengaruhi bagaimana seseorang merespons suatu kondisi. 

Sebagai contoh, dalam riset Scherer (1997), ditemukan bahwa masyarakat Afrika yang memiliki keyakinan kuat terhadap ilmu sihir sering memandang kematian sebagai akibat dari tindakan manusia, bukan sebagai takdir. 

Maka dari itu, kemarahan lebih sering muncul dibandingkan rasa duka saat mendengar kabar kematian. Perbedaan sistem nilai antarbudaya dapat menghasilkan reaksi emosional yang berbeda terhadap situasi yang sama. 

Aturan sosial ini tak hanya mengatur siapa yang boleh menunjukkan emosi tertentu, tapi juga bentuk ekspresinya. Biasanya, aturan tersebut dipandang sebagai kewajiban yang, jika dilanggar, bisa menimbulkan sanksi sosial.

Gender

Pandangan masyarakat mengenai gender telah membentuk persepsi tertentu dalam komunikasi nonverbal. Norma-norma yang berkembang memberikan batasan bagaimana pria dan wanita harus bersikap. 

Wanita sering dikaitkan dengan kelembutan dan kehangatan, sedangkan laki-laki diasosiasikan dengan kekuatan dan ketegasan.

Wanita lebih diizinkan untuk menunjukkan emosi dan ekspresi secara terbuka, sementara pria cenderung diharapkan menahan diri dari bentuk ekspresi yang dianggap terlalu emosional.

Status sosial

Tingkatan sosial atau jabatan seseorang juga memengaruhi bagaimana ekspresi emosi ditampilkan dan diinterpretasikan. Mereka yang menempati posisi tinggi dalam masyarakat biasanya diharapkan menunjukkan sikap tertentu. 

Sebagai contoh, seseorang yang dihormati atau memegang jabatan penting mungkin dianggap tidak pantas memperlihatkan kemarahan secara terbuka.

Cara Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal kerap tampak dilakukan secara otomatis. Banyak gerakan tubuh dan ekspresi wajah muncul secara refleks tanpa disadari. 

Namun, walaupun berlangsung spontan, ada sejumlah langkah yang bisa kita ambil untuk mengasah kemampuan komunikasi nonverbal. 

Raymond Hull, seorang profesor Ilmu Komunikasi dari Wichita State University, menawarkan beberapa pedoman yang berguna untuk memahami komunikasi nonverbal secara lebih mendalam.

1. Aturan Dua Menit (The Two-Minute Rule)

Hull menekankan bahwa apa yang ia sebut sebagai “aturan dua menit” merupakan elemen krusial dalam komunikasi nonverbal, terutama dalam pertemuan perdana.

Ketika seseorang memasuki ruangan dan bertemu lawan bicara untuk pertama kalinya, dua menit pertama menjadi waktu yang sangat menentukan. 

Dalam waktu singkat ini, audiens mulai membentuk penilaian berdasarkan sejumlah aspek, seperti bagaimana penampilan kita, cara kita melangkah masuk, pandangan mata yang kita berikan, postur tubuh saat berdiri atau duduk, serta gestur saat berbicara.

Kesan awal tersebut akan tertanam kuat dan sulit untuk diubah. Untuk menciptakan kesan positif, disarankan agar kita menampilkan bahasa tubuh yang menunjukkan rasa tenang dan percaya diri. 

Jika kita memperlihatkan kegelisahan atau rasa tidak nyaman, orang lain bisa langsung menangkapnya dan secara tak sadar merasakan hal serupa. 

Emosi yang kita rasakan cenderung tercermin dalam sikap kita, dan itu bisa memengaruhi atmosfer interaksi. Oleh karena itu, menjaga kontrol diri menjadi kunci utama dalam menjalankan aturan ini.

2. Menjaga Jarak Sosial yang Ideal

Menentukan jarak yang tepat saat berbicara dengan orang lain sangat penting tidak terlalu dekat, tapi juga tidak terlalu jauh. 

Bila kamu kesulitan menentukan jarak aman saat berbincang, cukup bayangkan jarak sekitar 75 sentimeter atau 30 inci sebagai acuan.

Jarak yang terlalu sempit bisa membuat lawan bicara merasa risih, sementara jika jaraknya terlalu jauh, baik pembicara maupun pendengar bisa kehilangan fokus dalam komunikasi.

3. Arti Postur Tubuh dalam Komunikasi

Postur tubuh menyampaikan banyak hal kepada orang lain, termasuk hal-hal yang mungkin tidak kita ucapkan secara verbal. Postur juga merefleksikan kondisi emosional kita.

Dengan kata lain, siapa diri kita saat sedang berinteraksi bagaimana kita menyimak, bagaimana penampilan kita, cara kita duduk dan berdiri semuanya termasuk bagian dari proses komunikasi. 

Bila salah satu aspek ini diabaikan, maka komunikasi yang efektif mungkin tidak tercapai.

4. Posisi Tangan dan Kaki Harus Sesuai

Lengan, tangan, dan kaki memiliki kemampuan untuk mengungkapkan perasaan kita terhadap apa yang sedang didengarkan dari orang lain. 

Contohnya, jika seseorang mulai memainkan kuku atau jarinya, itu bisa menandakan bahwa ia kehilangan ketertarikan dalam percakapan. 

Posisi kaki yang menyilang atau gerakan seperti mengetuk ujung kaki dan tumit juga dapat menjadi tanda gugup atau keinginan untuk segera mengakhiri interaksi.

5. Mata sebagai Media Berkomunikasi

Pandangan mata memegang peran penting dalam menunjukkan apa yang tengah dipikirkan. Kontak mata merupakan aspek utama dalam komunikasi nonverbal antarpribadi. 

Bila lawan bicara menunjukkan sedikit sekali kontak mata, hal itu mungkin menjadi tanda bahwa minatnya terhadap percakapan telah berkurang.

Selain lima poin utama tersebut, masih ada beberapa hal penting lain yang bisa diterapkan untuk memperdalam pemahaman kita terhadap komunikasi nonverbal dari orang lain.

-Amati dengan Teliti Situasi yang Terjadi

Ketika komunikasi nonverbal disertai reaksi emosional seperti air mata atau tangan yang diremas, itu merupakan sinyal kuat dari pesan yang sedang disampaikan. 

Dengan memperhatikan bahasa tubuh lawan bicara, kita bisa memberikan tanggapan yang lebih tepat.

-Perhatikan Ketidaksesuaian antara Ucapan dan Gerakan Tubuh

Jika ada ketidakharmonisan antara ucapan dan sikap tubuh, maka situasinya perlu dianalisis secara lebih dalam. Banyak ahli percaya bahwa tindakan seseorang lebih jujur daripada apa yang ia katakan secara lisan.

-Kenali Detail dalam Gerak Nonverbal

Dengan mengamati lebih seksama, kita bisa membedakan apakah suatu tindakan bersifat tulus atau dibuat-buat. Sebagai contoh, senyum yang asli bisa dikenali dan dibedakan dari senyum yang bernada sarkasme. 

Pemahaman seperti ini bisa dipelajari melalui pembahasan mengenai bahasa tubuh manusia.

Sebagai penutup, memahami pengertian komunikasi nonverbal memberi kita wawasan tentang bagaimana pesan tersampaikan tanpa kata, sekaligus memperkuat kualitas interaksi dalam kehidupan sehari-hari.

Terkini

Cara Mengatasi Jari Tangan Kaku dan Nyeri Saat Ditekuk

Selasa, 23 Desember 2025 | 12:53:12 WIB

Rutinitas Pagi yang Berpotensi Menyebabkan Serangan Jantung

Selasa, 23 Desember 2025 | 12:53:11 WIB

Alasan Penting Jangan Minum Kopi Langsung Setelah Bangun

Selasa, 23 Desember 2025 | 12:53:10 WIB

Mengapa Tubuh Tiba-Tiba Menginginkan Makanan Pedas Seketika?

Selasa, 23 Desember 2025 | 12:53:09 WIB

Harga Sembako Jatim Hari Ini Selasa 23 Desember 2025 Turun

Selasa, 23 Desember 2025 | 12:53:07 WIB